Seorang manusia biasa

Inilah Blog dari seorang manusia asal Necis

Sabtu, 12 Maret 2016

Cerpen Prasetya

 on  with No comments 
Sukabumi, 11 November 2015

Kejadian Di Rumah Bibi
Disusun Oleh : M. Prasetya

            Hari ini adalah hari Raya Idul Fitri.Aku sedang tertidur lelap di kasurku. Tiba-tiba datanglah Ibuku dengan ekspresi marah dia membangunkanku.
            “Light! Cepat bangun nanti kamu telat pergi ke masjid!”  Teriak Ibuku.
            Aku pun terbangun dan terkejut karena waktu sudah menunjukkan pukul 05.30.“Aargh aku kesiangan!” Teriakku. Aku segera pergi ke kamar mandi mengambil air wudhu kemudian shalat shubuh.
            Shalat shubuh pun selesai dan aku langsung mandi. Setelah mandi aku langsung memakai baju muslim. Dengan secepat kilat aku pergi ke masjid yang bernama  masjid Ar-Rahman. Aku kesal karena Ayahku tidak membangunkanku.
            “Aduh bagaimana sih dasar Ayah tidak membangunkanku, aku jadi kesiangan sekarang.” Keluhku. Akhirnya aku sampai ketika shalat ied akan dimulai. Aku segera meletakkan sajadahku dan mulai shalat di shaf yang paling belakang.
            Shalat pun selesai dan aku langsung pulang tidak mendengarkan khutbah dari khotib. Semua masyarakat langsung pulang dari masjid setelah mendengarkan khutbah dan saling bersilaturahmi satu sama lain. Kami sekeluarga pun sama saling bersilaturahmi dimulai dari saudara sampai kemasyarakat yang lainnya. Setelah itu kami pergi berziarah ke makam almarhumah nenekku.
            Setelah berziarah, kami pulang ke rumah.“Ma, adik laper pengen makan.”Kata adikku sambil memegang perutnya.
            “Iya sekarang kita pulang lalu kita makan.” Kata Ibuku.
            Aku terlebih dahulu mengambil ketupat, ayam, dan sayur karena aku sudah sangat lapar. Pada pukul 11.00, kami pergi ke rumah Bibi karena setiap tahun semua keluarga besar selalu berkumpul disana.
            Aku dan adikku bersilaturahmi dengan semua anggota keluarga dimulai dari Bibi, Paman, Kerabat dan saudara yang lainnya. “Eh Light sudah besar rupanya.” Kata Bibi Santi sambil mencubit kedua pipiku.
            “Iya sekarang emang udah besar. Aduh pipi aku sakit lepasinBibi.”Kataku sambil melepaskan kedua tangan Bibiku.
            Aku pun pergi ke kamar saudaraku. Awalnya aku hanya tidur-tiduran. Namun lama kelamaan aku mengantuk dan akhirnya tertidur. Aku terbangun sekitar pukul 14.00. Rupanya aku melupakan sesuatu. Aku belum shalat zuhur.
            “Oh tidak aku belum shalat zuhur.” Kataku sambil menepuk dahiku.
            Mengetahui aku belum shalat, aku segera bergegas ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan segera shalat karena di khawatirkan aku lupa mengerjakannya.
            Shalat pun selesai. Perasaanku menjadi tenang. Aku pun berkumpul dengan anggota keluarga yang lain. “Kamu darimana saja Light?” Kata Ibuku.
            “Beres tidur, Ma.” Kataku sambil menguap.“ Aduh kakak lapar pengen makan, Ma.” Kataku sambil memegang perutku.
            “Oh kamu lapar? Bibi buatkan mie mau enggak?” Bibi Essy menawarkan.
            “Ya, aku mau, Bi” Kataku.
            “Adik juga mau, Bi” Katanya.
            “Iya Bibi buatkan dulu ya.”Kata Bibi Essy pergi ke dapur.
            Akhirnya mie rebus buatan Bibi  Essy selesai dan tinggal dimakan. Baunya sangat enak dan rasanya pasti enak juga. Aku makan di sisi Bibi Santi. Aku mengambil botol sambal ABC. Saking semangatnya, aku tidak sadar menggunakan sambal terlalu banyak.
            “Hey, jangan terlalu banyak sambalnya!” Bibi Santi melarang.
            “Ah, biarlah biar greget.” Kataku dengan enteng.
            Aku pun mengaduk mienya hingga sausnya tercampur. Baru saja memakan 3 sendok, aku sudah kepedasan tingkat tinggi. Bahkan sampai mataku berair dan wajahku memerah. Paman Hamzah dan Paman Asep melihatku dan mentertawakanku.
            “Bibi udah bilang kalau pake sambal jangan kebanyakan.”Bibi Essy menyindirku.
            “Udah sekarang minum air hangat sana!” Suruh Bibi Santi.
            Aku bergegas mengambil air hangat. Ketika aku meminumnya, lidahku terasa semakin panas, tetapi aku menahannya.
            Dan akhirnya setelah meminum air hangat sebanyak 5 kali, rasa pedas itu sedikit demi sedikit menghilang. “Alhamdulillah tidak pedas lagi.” Kataku sambil memegang tenggorokanku.
            “Makanya kalau pake saus jangan kebanyakan.” Kata Ibuku.
            “Iya, Ma. Light gak akan ngulangin lagi.” Kataku.

            Aku pun melanjutkan makan mie lagi.Pada pukul 16.00, aku dan keluargaku pulang ke rumah. Kejadian itu takakan pernah terlupakan.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar